Salah satu kunci penting organisasi adalah ketersediaan SDM yang handal dan berdedikasi tinggi. Kunci SDM organisasi adalah mekanisme rekrutmen (gargage in garbage out), mekanisme pembinaan dan pengkaderan; dan mekanisme pengorbitan yang berbasis merit bukan dinasti. Kesadaran akan SDM ini sudah lama mengemuka sehingga mulai banyak ragam beasiswa yang disediakan Ormas Islam, termasuk PERSIS.
Terkait hal ini, sewaktu kami wawancara di Kantor BAZ Kota Bandung (Masjid Al-Ukhuwwah) dengan Ketum PP PERSIS yang juga Ketua Umum Badan Pelaksana BAZ Kota Bandung, Prof. Maman Abdurrahman. Di akhir pertemuan, Prof. Maman bercerita tentang UNIVERSITAS PERSATUAN ISLAM dan sekaligus penyediaa beasiswa S-2 dan S-3. Ide yang menarik, strategis dan brilian dan terlalu sayang jika saya juga tak ikut berbagi (sharing) terkait beasiswa karena kebetulan saya juga bantu dalam Joint Promotion Scholarship berbagai donor. Inti masukannya adalah, sebagian dana beasiswa S-2 dan S-3 Ormas lebih baik dipergunakan untuk menyeleksi calon-calon yang layak untuk mendapat beasiswa Luar Negeri dan memberikan bantuan persiapan lamaran beasiswa LN (Kursus, Test TOEFL-IELTS dan juga dokumen Paspor serta transpor).
Calon-calon terpilih yang sudah dibekali dan mendapat nilai IELTS 6,5 atau TOEFL 550 untuk melamar beasiswa LN. Kelebihan beasiswa LN kader bisa menimba ilmu di beragam PT kelas dunia dengan pengalaman budaya di negara maju serta jaminan beasiswa yang penuh (fully funded) bahkan kalau sempat bisa bekerja paruh waktu untuk modal usaha sepulang S-2 atau S-3 dari LN. Lulusan LN ini berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan tentu saja zakatnya akan jadi masukan Ormas untuk beasiswa selanjutnya sehingga menjadi semacam dana bergulir (revolving fund). Secara organisatoris juga PP PERSIS bisa menjalin sinergi dengan berbagai donor penyedia beasiswa (Kedutaan Besar) agar memperikan alokasi khusus dengan syarat yang lebih mudah sebagaimana dilakukan PP Muhammadiyah dan PB NU.
Penurunan persyaratan, misalnya IETS 6,0 dan TOEFL 525 sangat dimungkinkan dengan argumen calon/kandidat merupakan aktivis yang nantinya sepulang dari LN di samping bekerja untuk sendiri akan bekerja untuk masyarakat luas melalui Ormas. Kelebihan beasiswa Dalam Negeri yang disediakan Ormas, calon masih berkumpul dengan keluarga dan kelemahan yang banyak ditemui di samping beasiswa yang tidak full juga kadang berkuliah di PT atau Program Studi yang ketersediaan daya dukungnya minim sehingga tak terjadi perubahan signifikan sebelum dan setelah kuliah S-2 dan S-3. Kalau beasiswa DN sebagian mau dipertahankan barangkali fokus di perkuatan tenaga guru pesantren/madrasah sebagai bagian ‘insentif’. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar